Realita
Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik yang sekarang
sedang ramai dibicarakan khususnya pendidikan di Indonesia merupakan faham yang
diadobsi dari pemikiran Aguste Comte. Dalam sejarahnya Follow
up atas radikalisasi Comte, antara progresivitas untuk menciptakan perubahan
sosial dengan penjagaan atas keteraturan sosial menjadi bahan kontemplasi dan
observasinya. Comte sangat berjuang keras dengan idealismenya
(positivisme) agar tercapai dan dapat mengatasi keguncangan akibat
kecemburuannya, harapan dan kenyataan yang mungkin tidak akan sama nantinya
yang akan terjadi pada manusia.
Pada saat tertentu Comte ulas balik kembali untuk mencari
sumbangan sosial para intelektual sebelum Comte, dan terdapati oleh Comte
tentang konsensus intelektual. Konsensus intelektual selalu menjadi dasar bagi
tumbuhnya solidaritas dalam masyarakat. Dan nilai tersebut, diadopsi dari
khasnah masyarakat teologis oleh Comte. Comte melihat agama memiliki
ikatan emosional yang tinggi bersandarkan sistem kepercayaan yang satu dan itu
mendorong kebersamaan umat manusia menjalankan ritual keagamaan dengan penuh disiplin,
menuju hal yang bernuansa transendental dengan mengutamakan solidaritas sosial
dan konsensus.
Menurut Comte hal ini tepat bila akan digunakan sebagai satu
formulasi untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi,
perubahan secara cepat atau revolusi sosial. Namun Comte, tidaklah dapat
mengandalkan agama yang konvensional apabila ingin mengadakan sinkronisasi dan
konsisten dalam pengembangan ilmu pengetahuannya, positivism. Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu sendiri,
antara lain : Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai
dan netral) seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam
melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu
pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga, ilmu
pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisma
simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Metode saintifik merupakan dari paradikma kaum positifme oleh
aguste komte, dimana dia meletakkan spiritulal dibawah karena menurut aguste
comte untuk menggapai masyarakat harus punya jiwa positif (saintifik). Dalam hal
ini posisi spiritual dipinggirkan oleh aguste komte.
Salah satu tujuan dari bangsa barat
dalam berfilsafat adalah untuk menjadi seorang yang bijak. Bijaknya orang barat yaitu memperoleh ilmu yang tinggi
menggunakan metodenya saintifik. Ekstasi
kenikmatan terbesar berfilsafat bagi orang
barat adalah saat mereka mampu menemukan
hal yang baru. Lain halnya dengan tujuan dari bangsa timur termasuk Indonesia
dalam berfilsafat adalah mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha esa. Ekstasi kenikmatan
tertinggi dari orang Indonesia dalam berfilsafat adalah untuk mendapat rido
Allah dari nya, dekat sedekat dekatnya.
Kehidupan dunia global sekarang sedang mengalami
pergeseran dari faham positif menuju powernown. Adapun tingkatan powernown dari
rendah menuju tinggi yaitu arkait, tribal, tradisional, efeudel, modern, postmodern,
power nown. Melihat tingkatan terebut tampak bahwa spiritual diletakkan ditengah
yaitu pada tingkatan tradisional. Hal hal
ini lah yang menjadikan mentri pendidikan kita merasa serba salah dalam
mengambil keputusan karena kemistri dunia sekarang puncaknya bukan berada pada tingkatan spiritual,
tapi bagaimana ekspoilati dan eksplorasi saintifik. Hal ini mengakibatkan
Indonesia mengambil langkah untuk menggunakan metode saintifik ini dengan
catatan karena kebutuhan kompetisi di dunia global seperti sekarang. Oleh karena
itu metode saintifik harus di bungkus dengan moralitas , estik dan estetik dan
dengan tidak mengesampingkan nilai nilai spiritualitas sebagaimana sudah
menjadi tujuan sejak awal bagaimana faham Timur.