Kamis, 30 Oktober 2014

Realita Pendekatan Saintifik

Realita Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik yang sekarang sedang ramai dibicarakan khususnya pendidikan di Indonesia merupakan faham yang diadobsi dari pemikiran Aguste Comte. Dalam sejarahnya Follow up atas radikalisasi Comte, antara progresivitas untuk menciptakan perubahan sosial dengan penjagaan atas keteraturan sosial menjadi bahan kontemplasi dan observasinya. Comte sangat berjuang keras dengan  idealismenya (positivisme) agar tercapai  dan dapat mengatasi keguncangan akibat kecemburuannya, harapan dan kenyataan yang mungkin tidak akan sama nantinya yang akan terjadi pada manusia.
Pada saat tertentu Comte ulas balik kembali untuk mencari sumbangan sosial para intelektual sebelum Comte, dan terdapati oleh Comte tentang konsensus intelektual. Konsensus intelektual selalu menjadi dasar bagi tumbuhnya solidaritas dalam masyarakat. Dan nilai tersebut, diadopsi dari khasnah masyarakat  teologis oleh Comte. Comte melihat agama memiliki ikatan emosional yang tinggi bersandarkan sistem kepercayaan yang satu dan itu mendorong kebersamaan umat manusia menjalankan ritual keagamaan dengan penuh disiplin, menuju hal yang bernuansa transendental dengan mengutamakan solidaritas sosial dan konsensus.
Menurut Comte hal ini tepat bila akan digunakan sebagai satu formulasi untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi, perubahan secara cepat atau revolusi sosial. Namun Comte, tidaklah dapat mengandalkan agama yang konvensional apabila ingin mengadakan sinkronisasi dan konsisten dalam  pengembangan ilmu pengetahuannya, positivism. Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu sendiri, antara lain : Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral) seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisma simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Metode saintifik  merupakan dari paradikma kaum positifme oleh aguste komte, dimana dia meletakkan spiritulal dibawah karena menurut aguste comte untuk menggapai masyarakat harus punya jiwa positif (saintifik). Dalam hal ini posisi spiritual dipinggirkan oleh aguste komte.
Salah satu tujuan dari bangsa barat dalam  berfilsafat adalah  untuk menjadi seorang yang bijak. Bijaknya  orang barat yaitu memperoleh ilmu yang tinggi menggunakan metodenya saintifik.  Ekstasi kenikmatan terbesar  berfilsafat bagi orang barat  adalah saat mereka mampu menemukan hal yang baru. Lain halnya dengan tujuan dari bangsa timur termasuk Indonesia dalam berfilsafat adalah mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha esa. Ekstasi kenikmatan tertinggi dari orang Indonesia dalam berfilsafat adalah untuk mendapat rido Allah dari nya, dekat  sedekat dekatnya.
Kehidupan dunia global sekarang sedang mengalami pergeseran dari faham positif menuju powernown. Adapun tingkatan powernown dari rendah menuju tinggi yaitu arkait, tribal, tradisional, efeudel, modern, postmodern, power nown. Melihat tingkatan terebut tampak bahwa spiritual diletakkan ditengah yaitu pada tingkatan tradisional.  Hal hal ini lah yang menjadikan mentri pendidikan kita merasa serba salah dalam mengambil keputusan karena kemistri dunia sekarang  puncaknya bukan berada pada tingkatan spiritual, tapi bagaimana ekspoilati dan eksplorasi saintifik. Hal ini mengakibatkan Indonesia mengambil langkah untuk menggunakan metode saintifik ini dengan catatan karena kebutuhan kompetisi di dunia global seperti sekarang. Oleh karena itu metode saintifik harus di bungkus dengan moralitas , estik dan estetik dan dengan tidak mengesampingkan nilai nilai spiritualitas sebagaimana sudah menjadi tujuan sejak awal bagaimana faham Timur.